Created (c) by Princexells Seyka (Princelling Saki)
 

Kamis, 21 Maret 2013

Ciri Khas Rumah Adat Melayu Riau

Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang dengan bangunan persegi panjang. Dari beberapa bentukrumah, semuanya hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannyaidentik, kecuali rumah lontik yang-mendapat pengaruh Minang.
 Rumah Lontik /Lancang(Kampar)

 
Rumah lontik yang dapat juga disebut rumah lancang karena rumah ini bentuk,ciri atapnya melengkung keatas, agak runcing seperti tanduk kerbau. Sedangkandindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang.Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan-sesama. Rumah adatlontik diperkirakan dapat pengaruh dari kebudayaan Minangkabau karenakabanyakan terdapat di daerah yang berbatasan dengan Sumatera Barat. Tanggarumah biasanya ganjil.
Balai Salaso Jatuh


Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukanuntuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Sesuaidengan fungsinya bangunan ini mempunyai macam-macam nama antara lain :Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain. Bangunan tersebutkini tidak ada lagi, didesa-desa tempat musyawarah dilakukan di rumah Penghulu,sedangkan yang menyangklut keagamaan dilakukan di masjid.Ciri - ciri Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebihrendah dari ruang tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunanbaik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran.Puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan biasanyahiasan ini diberi ukiran yang disebut Salembayung atau Sulobuyung yangmengandung makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Read More..

Senjata Tradisional Provinsi Riau

Ungkapan inimenggambarkan, orang Melayu Riau pantang menyerah dalam menghadapi segalatantangan.Contoh beberapa gambar senjata tradisional provinsi Riau :


1 keris
2 sabit
3 beladau

Orang Melayu Riau mengenal berbagai jenis senjata tradisional, yang dikategorikanke dalam senjata pendek (seperti jembia, keris, belati, badik, beladau, dan sabit)serta senjata panjang (tombak, kojou, pedang, seligi, dan sundang). Senjata-senjatatersebut tidak mutlak diperlukan.Dari sekian banyak jenis senjata tradisional yang ada, yang banyak dimilikimasyarakat adalah jenis pedang, tombak, keris, dan badik. Pedang ‘jenawi’merupakan sejenis senjata pedang yang dipergunakan oleh para panglima perangtempo dulu. Jenis senjata badik (sekin) yang umum digunakan adalah ‘tumbuk lada’, yang bentuknya seperti keris tetapi ukurannya lebih pendek. Senjata ini digunakanuntuk berperang dan keperluan sehari-hari. Pada mata badik yang untuk berperangsering diolesi dengan racun. Penggunaan badik untuk melawan musuh tersirat dalamungkapan:
“Bila badik telah ditarik dari sarungnya, maka harus ditikamkan pada suatu benda atau binatang. Barulah kemudian badik dimasukkan pada sarungnya ”.
Read More..

Pakaian Adat Melayu Riau


Adat istiadat tentu tidak terlepas dari Pakain Adat, itu sebuah ciri khas suatu daerah dengan adat istiadatnya sesuai dengan Hukum dan Norma Adat yang berlaku. Berikut beberapa foto pakaian adat, tradisional Melayu Riau. Pakain Adat ini adalah pakaian tradisional Riau, walaupun ada beberapa macam-macam namun hanya satu pakaian adat untuk daerah Riau, yaitu pakaian adat Melayu Riau.

Foto / Gambar Pakaian Adat, Tradisional Melayu Kabupaten Bengkalis Riau

Gambar / Foto Pakaian Adat, Tradisional Melayu Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Foto / Gambar Pakaian Adat, Tradisional Melayu Batam Kepulauan Riau

Gambar / Foto Pakaian Adat, Tradisional Indragiri Riau

Gambar / Foto Pakaian Adat, Tradisional Melayu Siak Riau




Gambar / Foto Pakaian Adat, Tradisional Melayu Tanjung Pinang, Kepulauan Riau




Dan inilah foto-foto pakaian adat Melayu Riau lainnya

Sebelumnya, saya meminta maaf. Tentu banyak kesalahan dalam penamaan daerah untuk Foto maupun gambar Pakaian Adat Melayu Riau diatas. Oleh sebab itu saya meminta kritikan saran dari pembaca.
Read More..

Makanan Khas Riau

Berikut adalah Makanan Makanan Khas yang bisa anda temui di Provinsi RIAU

1. Bolu Kemojo

Bolu Kemojo adalah makanan khas Pekanbaru, yang dipopulerkan kembali oleh ibu Dinawati yaitu pada tahun 1998. Kue Bolu ini sebelumnya hanya dibuat untuk sekedar konsumsi dalam keluarga saja, dan tidak dijual secara komersial apalagi dijual sebagai makanan oleh-oleh kota pekanbaru. Tapi dengan tekad yang kuat untuk menjadikan kue bolu ini sebagi makanan khas riau, dan kemudian beliau merintis membuka gerai pertamanya yang berkantor di Jalan Pelajar, yang sekarang jalan tersebut berubah menjadi Jalan KH.

2. Roti Jala & Roti Canai

Roti jala & Roti Canai adalah makanan yang berasal dari India dan di adopsi oleh Indonesia. Biasanya makanan ini disuguhkan bersama kare.

3. Asidah

Kue ini namanya Asidah, teksturnya lembut dan rasanya manis perpaduan rempah spt cengkeh, kayu manis dan daun pandan. yg anehnya kue ini dimakan pake bawang goreng. kue ini bisa dibentuk sesuka hati.

4. Kue Bangkit

Kue kering ini berbahan dasar tepung rasanya manis,renyah dan enak. Rasanya manis legit dengan rasa lembut dilidah, juga gurih.

6. Lempuk Durian

Lempuk Durian adalah salah satu Jenis Makanan Khas dari Riau yang terbuat dari Durian, lempuk ini berbentuk seperti dodol. Selain di Riau,lempuk juga dapat dijumpai di daerah lain di Sumatera. Siapa yang tak kenal dengan lempuk durian, "Makanan Khas Riau" ini berasal dari Kabupaten Bengkalis, bahkan lempuk sudai menjadi ikon Bengkalis, jika kita berkunjung ke Bengkalis kurang lengkapnya jikanya tidak membeli buah tangan Lempuk Durian.

7. Laksamana Mengamuk

Es Laksamana Mengamuk merupakan minuman dingin yang menggunakan buah kuini sebagai bahan utama. Konon, keberadaan minuman ini berawal dari mengamuknya seorang laksamana di kebun kuini. Laksamana tersebut mengamuk lantaran istrinya dibawa lari oleh pemilik kebun kuini tersebut. Sang laksamana menebas-nebaskan pedangnya ke seluruh penjuru, hingga puluhan buah kuini hancur karena kemarahannya ini. Usai sang laksamana menuntaskan kemarahannya dan pulang, orang-orang di sekitar kebun kuini mengambil puluhan buah kuini yang sudah tercincang dan terhampar di rumput. Pada awalnya, orang-orang tersebut bingung, akan diapakan buah kuini yang telah terpotong-potong tersebut. Hingga salah seorang wantia, mencampurkan potongan-potongan buah kuini itu dengan air santan dan gula merah. Jadilah minuman segar, yang pada waktu itu, langsung dinikmati oleh orang sekampung.

8. Air Mata Pengantin

Es air mata pengantin terdiri dari bermacam agar-agar berwarna-warni. Es ini sekaligus dilengkapi biji selasih, nata de coco, dan blewah serta serutan es batu.
Read More..

Sejarah Provinsi Riau

Mengenai asal nama Riau ada beberapa penafsiran. Pertama toponomi Riau berasal dari penamaan orang Portugis dengan kata rio yang berarti sungai. Kedua mungkin berasal dari tokoh Sinbad al-Bahar dalam kitab Alfu Laila Wa Laila (Seribu Satu Malam) yang menyebut riahi, yang berarti air atau laut, dan yang ketiga berasal dari penuturan masyarakat setempat, diangkat dari kata rioh atau riuh, yang berarti ramai, hiruk pikuk orang bekerja.

Berdasarkan beberapa keterangan di atas, maka nama Riau besar kemungkinan memang berasal dari penamaan rakyat setempat, yaitu orang Melayu yang hidup di daerah Bintan. Nama itu besar kemungkinan telah mulai terkenal semenjak Raja Kecik memindahkan pusat kerajaan Melayu dari Johor ke Ulu Riau pada tahun 1719. Setelah itu nama ini dipakai sebagai salah satu negeri dari empat negeri utama yang membentuk kerajaan Riau, Lingga, Johor dan Pahang.

Kemudian dengan Perjanjian London (1824) antara Belanda dengan Inggris, kerajaan ini terbelah dua. Belahan Johor - Pahang berada di bawah pengaruh Inggris, sedangkan belahan Riau - Lingga berada di bawah pengaruh Belanda. Dalam zaman penjajahan Belanda (1905 - 1942), nama Riau dipakai untuk nama sebuah keresidenan, yang daerahnya meliputi Kepulauan Riau serta pesisir Timur Sumatera bagian tengah.

Setelah Propinsi Riau terbentuk tahun 1958, maka nama itu di samping dipergunakan untuk nama sebuah kabupaten, dipergunakan pula untuk nama sebuah propinsi yang penduduknya dewasa itu sebagian besar terdiri dari orang Melayu.

Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di rantau ini, antara lain adalah:

* Kerajaan Inderagiri (1658-1838)
* Kerajaan Siak (1723-1858)
* Kerajaan Pelalawan (1530-1879)
* Kerajaan Riau-Lingga (1824-1913)
* Kerajaan kecil lainnya, seperti Tambusai, Rantau Binuang Sakti, Rambah, Kampar dan Kandis (Rantau Kuantan).

Kata Melayu berasal dari kata Mala dan Yu. Mala artinya mula atau permulaan, sedangkan Yu artinya negeri. Melayu artinya negeri yang mula-mula ada. Pendapat ini sesuai dengan perkembangan bangsa Melayu dari daratan Asia Tenggara, pada kira-kira tahun 2000 sebelum Masehi dan 1500 sebelum Masehi yang menyebar ke seluruh Indonesia. Pendapat lain mengatakan, bangsa Melayu berasal dari kata layu yang artinya rendah. Maksudnya bangsa Melayu itu rendah hati sangat hormat kepada pemimpinnya. Istilah Melayu ini dipergunakan untuk menamakan sebuah Kemaharajaan Melayu dan Kerajaan Melayu Riau. Perkataan Melayu juga dipakai menamakan rakyat pendukung kerajaan-kerajaan tersebut sehingga terkenal sebagai suku Melayu dengan bahasa yang dipergunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu ini pada masa dahulu menjadi Lingua Franca di kawasan Asia Tenggara ini.

RIWAYAT PROPINSI RIAU
Riau dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1948, tentang pembagian Sumatera dalam tiga propinsi. Antara lain Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan Sumatera Barat, Riau dan Jambi.

Keinginan rakyat Riau yang menghendaki daerah otonomi dibahas dalam berbagai kesempatan, antara lain:

* 17 Oktober 1954 diadakan Kongres Pemuda Riau di Pekanbaru.

* 7 Agustus 1955 diadakan Konperensi DPRDS I antar empat kabupaten dalam Keresidenan Riau di Bengkalis

* 7 September 1955 delegasi DPRDS empat Kabupaten Riau menghadap Mendagri Mr. R. Soenarjo yang menghasilkan Keterangan Nomor De/44/12/13/7 yang isinya, "Persoalan itu akan diberi perhatian seperlunja, dan pembagian wilajah R.I. dalam daerah-daerah propinsi jang baru sedang direntjanakan."

* 9 September 1955 dibentuk Badan Penghubung Persiapan Propinsi Riau di Jakarta.

* 31 Januari s/d 2 Februari 1956 diselenggarakan Kongres Rakyat Riau. 22 Oktober 1956, pertemuan para tokoh dengan Mendagri Soenaryo. Menurut menteri, Undang-undang Pembentukan Propinsi Riau belum disiapkan, namun akan diajukan dalam Sidang Parlemen permulaan 1957.

* Sidang Kabinet 1 Juli 1957 menyetujui Riau dan Jambi menjadi propinsi.

* 7 Agustus 1957, Undang-undang Propinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi disetujui.

* 9 Agustus 1957 diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 75 dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1957 yang menetapkan pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Riau dan Jambi.

* Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 256/M/1958, pada 5 Maret 1958 dilakukan pelantikan Gubernur KDH Propinsi Riau, SM Amin di Tanjungpinang. Maka resmilah daerah Swatantra Tingkat I Propinsi Riau.

* 20 Januari 1959 ibukota propinsi kemudian dipindahkan dari Tanjungpinang ke Pekanbaru, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Des 52/1/44-25. Gubernur SM Amin digantikan oleh Kaharuddin Nasution yang dilantik pada 6 Januari 1960 di Pekanbaru.

Alam Sejarahnya , daerah Riau pernah menjadi penghasil berbagai hasil bumi dan barang lainnya. Pulau Bintan pernah di juluki sebagai pulau seganteng lada, karena banyak menghasilkan Lada. Daerah Pulau tujuh, terutama pulai Midai pernah menjadi penghasil Kopra terbesar di Asia tenggara,paling kurang sejak tahun 1906 sampai tahun 1950-an. Bagan siapi-api sampai tahun 1950-an adalah penghasil ikan terbesar di Indonesia, Batu bata yang di buat perusahaan raja Aji kelana di pulau Batam,pasarannya mencapai Malaysia sekarang ini. Kemudia dalam bidang penghasil karet alam, dengan sisitem kupon tahun 1930-an belahan daratan seperti Kuantan,Indragiri dan kampar juga daerah yang amat potensial. 

Referensi :
http://dolu-terempa.com/artikel/sejarah.htm
http://kampungrison.wordpress.com/2008/07/30/sejarah-ringkas-daerah-riau/
Read More..